Billiar: Dari Bangsawan, Sastrawan hingga Rakyat Jelata

Sam Tutul dan Sam Peyek kala bertanding.

Indonewsdaily.com, Kota Malang – Tak sedikit orang mengisi waktu luangnya dengan bermain biliar. Biliar merupakan olahraga permainan yang bisa berfungsi sebagai sarana refreshing bersama kawan-kawan. Demikian yang dilakukan oleh Sam Tutul dan Sam Sugeng Hariadi atau yang akrab disapa Peyek. Selasa malam (2 Mei 2023), di tempat billiar di sekitar Jalan Sarangan, Malang, dua lawan bebuyutan dalam olahraga billiar ini kembali bertemu untuk saling mengalahkan.

Beberapa bulan terakhir, dengan berpindah-pindah tempat, masih di seputaran Kota Malang, mereka berdua kerap bertanding kala sama-sama mempunyai waktu senggang. Billiar menjadi olahraga pilihan bagi mereka, sekaligus refreshing.

Istilah biliar diambil dari kata “billart”, yang memiliki makna tongkat kayu, atau “bille” yang memiliki makna bola. Biliar termasuk olahraga yang memerlukan konsentrasi fokus. Maka itu, diperlukan ketahanan dan pemahaman mental yang benar, serta kemampuan fisik yang prima.

Asal-usul biliar belum secara jelas diketahui, tetapi banyak menyakini bahwa olahraga ini populer dimainkan di Eropa Timur dan Prancis pada abad ke-15. Awalnya, biliar adalah olahraga yang biasa dimainkan di taman seperti halnya croquet (kriket), yang pada akhirnya dipindahkan ke dalam ruangan menggunakan meja yang diberi taplak berwarna hijau sehingga menyerupai rumput dan diberi pembatas kecil pada pinggiran meja.

Awal tahun 1800-an, olahraga ini banyak dimainkan oleh kaum bangsawan. Namun, banyak juga bukti-bukti yang menunjukan bahwa olahraga biliar telah dimainkan oleh orang-orang dari berbagai tingkat sosial.

Pada 1675, terbit sebuah buku tentang peraturan biliar dan selanjutnya dipopulerkan sebagai olahraga scientific oleh Captain Mingaud. Ia merupakan seorang tahanan politik pemerintah Inggris ketika terjadi Revolusi Prancis. Saking cintanya dengan olahraga ini, dia menolak untuk dibebaskan dari penjara ketika masa hukumannya berakhir.

Mingaud pula yang menemukan “tip”, yaitu tambahan kulit di ujung “cue”. Dengan tip, pukulan jadi lebih akurat dan mudah melakukan kontrol cue ball. Tip temuannya lama-kelamaan mengeras dan mengurangi efektivitas pukulan sehingga perlu diganti secara berkala.

Memasuki abad ke-18, alat-alat yang digunakan untuk permainan biliar makin berkembang karena Revolusi Industri di Inggris. Kapur pun mulai digunakan untuk meningkatkan gesekan antara bola dengan cue. Ujung cue dari kulit mulai disempurnakan pada 1823 yang berguna bagi para pemain untuk menghasilkan putaran samping pada bola (side-spin).

Seorang pelatih biliar asal Inggris bernama Jack Carr merupakan penemu teknik pukulan off-center pada biliar. Ia jugalah yang berjasa dalam mengoleskan kapur di permukaan tip supaya akurasi pukulan bisa meningkat. Pada 1820, ia berkeliling Eropa dan menjual magical twisting chalk yang ia temukan sambil melakukan pelatihan biliar.

Dalam dunia sastra, Shakespeare menyebutkan permainan biliar dalam karyanya “Antony and Cleopatra” yang disebut sebagai “Old Egyptian Sport” (olahraga Mesir kuno).

Pada akhirnya, biliar menjadi permainan yang bertahan hingga kini dan menjadi satu di antara beragam cabang olahraga yang bisa dilakukan berbagai lapisan masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *