Membangun Spirit of Majapahit dengan Hati, Walikota Mojokerto Ning Ati Masyarakat

Alun-alun dengan Tugu Proklamasi menjadi Ikon Kota Mojokerto.

Indonewsdaily.com, Mojokerto — Lima tahun lalu tak ada yang membayangkan Kota Mojokerto memiliki potensi besar menuju Kota Pariwisata. Namun, ternyata dibawah kepemimpinan Walikota Ika Puspitasari, Kota Mojokerto yang hanya memiliki luas kurang lebih 20 KM persegi ini menyimpan begitu banyak potensi wisata.

Ya, wilayah Kota Mojokerto yang tak jauh dari Pusat Kerajaan Majapahit di Trowulan Kabupaten Mojokerto, Pemkot Mojokerto begitu jeli mengambil peluang. Peluang mendongkrak ekonomi warganya dengan mengangkat potensi wisata sejarah dan budaya.

Memang, ternyata ketika digali lebih dalam Kota Mojokerto menyimpan potensi sejarah, religi, sumber daya alam dan wisata berbasis minat.

Sejak dibawah kendali Ning Ita sapaan Ika Puspitasari, Kota Mojokerto begitu nampak perbedaan, Kota Mojokerto benar-benar menampakan wajah barunya. Kota Mojokerto bersolek, menuju kearah Kota Wisata. Tagline Spirit of Majapahit diambil sebagai motto menjalankan visi dan misi pembangunan daerah.

Tak hanya pemerintah, masyarakat dan swasta pun ikut ambil bagian menuju Kota Wisata ini.

Ning Ita dalam kata pengantar pada buku “Soekarno di Mojokerto” menuliskan jika salah satu tugas pemda adalah merumuskan langkah agar daerah bisa berkembang sesuai harapan.

“Kondisi Kota Mojokerto tak banyak memiliki potensi sumber daya alam. Namun, kondisi itu tidak boleh membuat pemerintah dan warga pasrah. Masih banyak jalan selama bersama-sama mau berbenah dan melangkah,” tulisnya pada buku yang diterbitkan oleh Dinas P dan K Kota Mojokerto.

Bersolek dengan Gaya Majapahitan

Nampak tempat-tempat fasilitas umum bersolek bergaya Majapahitan, alun-alun yang dulunya “begitu-begitu” saja di sulap memiliki ikon tinggi menjulang yakni tugu Proklamasi yang dapat dipastikan menjadi spot foto andalan.

Masih di sekitar alun-alun, nampak ornamen lampu khas tempo dulu dan taman bermain anak ditambahkan. Bangunan Sky walk lengkap dengan ornamen Majapahitan menjadi pelengkap pelancong setelah menikmati keindahan ikon Kota Mojoketo lantas mengisi perut di stand makanan yang disediakan.

Foto: Pemkot Mojokerto yang bergaya Majapahitan nampak estetik dan berseni.

Jika kita bergeser ke wilayah tengah Kota, warga luar kota yang hendak masuk wilayah Kota Mojokerto dari sisi utara langsung disambut oleh menara mahkota Tribuana Tungga Dewi yang begitu berkilau sorot lampu jika malam hari. Untuk wisatawan yang masuk lewat sisi timur, pelancong langsung bisa merasakan mulusnya dan lebarnya jalan Empunala yang dibanggun dengan anggaran Rp 101 miliar.

“Hal ini dilaksanakan dalam rangka mewujudkan Spirit Of Majapahit dalam bentuk desain agar Kota Mojokerto terlihat kearifan lokal yang mengusung budaya Majapahit,” terang Ning Ita sapaan akrab Wali Kota, Kamis (9/2/2023).

Di sebelah barat Kota, sebagai bentuk pemerataan pembangunan Walikota memberi sentuhan dengan membangun Wisata Bahari. Memanfaatkan kali Ngothok menjadi spot wisata air yang diharapkan turut mengangkat roda perekonomian masyarakat.

Bersoleknya Kota Mojokerto juga mendapat respon positif dari pihak swasta dan masyarakat. Mereka memberi dukungan, dengan turut memberikan sentuhan Majapahitan di kantor, gapura dan pagar.

“Upaya yang dirancang untuk menjadikan warisan sejarah dan budaya harus adanya kebersamaan gerak semua komponen,” tulis Ning Ita.

Lagi-lagi kejelian Ning Ita mengali potensi wisata di Kota Mojokerto terlihat. Tak banyak yang tahu, Presiden pertama Republik Indonesia yakni Soekarno pernah tinggal dan menimba ilmu di Kota Mojokerto. Sekolah masa kecil Soekarno kini menjadi SMPN 2 Kota Mojokerto dan SDN Purwotengah. Kedua bangunan itu telah ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya (BCB).

Potensi wisata sejarah Soekarno juga menjadi pilihan wisatawan jika hendak ke Kota Mojokerto. Untuk mengangkat potensi itu, Pemkot Mojokerto membangun Prasasti Tetenger, tugu penanda setinggi kurang lebih 2 meter yang tersebar di tujuh titik.

Antara lain di Jalan Gajah Mada, Jalan Residen Pamuji, Jalan Empunala, Kantor Pemkot Mojokerto, SDN Purwotengah, SMPN 2 Mojokerto, dan Alun-alun Kota Mojokerto.

Foto: SDN Purwotengah merupakan peninggalan sejarah penting di Kota Mojokerto.

Masing-masing titik menandakan lokasi dimana Soekarno kecil pernah singgah. Jalan Gajah Mada dan Jalan Residen Pamuji merupakan lokasi kediaman Soekarno dan keluarganya di tahun 1907 hingga 1917.

Sementara prasasti di area Kantor Pemkot Mojokerto, di masa kolonial disebut Lapangan Barakan, di area alun-alun, serta di area Pemandian Sekarsari, yang dulunya berupa sungai buatan atau kanal, merupakan tempat bermain Soekarno kecil bersama teman-teman sebayanya.

Selain itu, prasasti juga didirikan di dua sekolah Soekarno, yakni SDN Purwotengah, dulunya Sekolah Ongko Loro. Serta SMPN 2 Mojokerto, dulunya Europe Lagere School (ELS) dimana Soekarno menyelesaikan pendidikan setingkat sekolah dasar.

Membentuk Struktur dan Infrastruktur Pendukung

Dalam kesiapan menuju Kota Wisata, Walikota juga telah menyiapan struktur dan infrastruktur yang telah dikerjakan. Seperti pasar tematik, membangun jalan tembusan menuju lokasi Wisata Bahari Majapahit, di area Cakar Ayam hingga jembatan Rejoto. Serta penyediaan area perdagangan bagi UMKM, seperti Rest Area Gunung Gedangan dan Sky Walk Majapahit.

Seperti dalam Musrenbang Kelurahan Wates pada (31/1/2023), Walikota menekankan akan memperkuat ekosistem pariwisata menjadi salah satu strategi prioritas Pemerintah Kota Mojokerto dalam meningkatkan ketahanan dan menumbuhkan ekonomi warga kota di tahun 2024.

“Termasuk dalam ekosistem pariwisata diantaranya yaitu ekonomi kreatif, UMKM, penyediaan jasa, sarana-prasarana dan infrastruktur yang memadai. Mengingat rantai pariwisata merupakan sektor utama PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atau sumber ekonomi warga Kota Mojokerto. Sehingga perlu dilakukan penguatan,” ujar Walikota Ika Puspitasari membuka Musrenbang Kelurahan Wates, Selasa (31/1).

Lebih lanjut, sejumlah upaya untuk memperkuat ekosistem pariwisata tersebut seperti program 4P yaitu menggelar pelatihan inkubasi wirausaha, pendampingan, pemberian bantuan modal, dan pembentukan koperasi UMKM.

Selain itu juga dibentuk Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) di berbagai kelurahan lokasi objek wisata. Selain itu juga dibangun berbagai sarana-prasarana dan infrastruktur yang mendukung sektor tersebut.

Lebih lanjut Ning Ita juga menjelaskan bahwa dalam sektor pariwisata pada tahun ini akan dibangun Wisata Bahari Mojopahit di Rejoto. “Kalau pembangunan berjalan lancar tahun 2024 sudah bisa beroperasi dan pasti masyarakat sekitar yang akan mendapat dampaknya,” imbuhnya.

Pasar Tematik Andalan Kota Mojokerto

Pasar sebagai pusat aktivitas perekonomian masyarakat juga tidak lepas dari perhatian. Selain mengutamakan fungsi, Pemkot Mojokerto juga memberikan perhatian pada tata ruang dan estetika. Karenanya, di tahun ini akan segera dilaunching Pasar Hewan Sekar Putih dan Pasar Loak Ketidur. Sebelumnya Pemkot juga telah membangun pasar Prapanca dan Rest area Gunung Gedangan.

Sesuai namanya, pasar tersebut akan dikhususkan untuk komoditas tertentu atau tematik. Pasar Hewan Sekar Putih menjadi pusat perdagangan hewan ternak kaki empat dan unggas, dilengkapi rumah potong hewan. Sementara Pasar Loak Ketidur menjadi sentra pedagang loak yang dulu tersebar di area Pasar Kliwon, Jalan Niaga, Jalan Karyawan, dan area sekitar Pasar Cakar Ayam.

“Sehingga sangat layak pemerintah memfasilitasi dan menjadikan pasar tematik sebagai salah satu potensi daerah dengan infrastruktur yang memadai,” katanya beberapa waktu lalu.

Respon Positif Legislatif dan Masyarakat

Kalangan Wakil rakyat menyambut baik perubahan wajah Kota Mojokerto yang begitu nampak. Ketua Komisi II Agus Wahjudi Utomo mengatakan membangun Kota Mojokerto Spirit of Majapahit dengan Hati harus juga ditanamkan di masyarakat.

“Jiwa dan semangat Majapahitan juga harus dirasakan warga. Manfaat itu saat ini sudah dirasakan,” katanya.

Lebih lanjut Agus mengatakan wajah baru kota harus terjalin sinergi yang baik antara pemkot, dewan dan masyarakat.

“Tidak bisa parsial harus ada dorongan bersama untuk kemajuan kota,” pungkasnya.

Janatun Nikmah warga Surodinawan mengaku merasakan dampak positif wajah baru Kota Mojokerto.

“Yang paling dirasakan adanya program inkubasi dan pelatihan UMKM,” katanya.

Kini wajah baru Kota Mojokerto kehadirannya diharapkan dapat mengangkat perekonomian masyarakat serta mewujudkan Kota Mojokerto sebagai Kota Wisata Sejarah berbasis Spirit of Mojopahit.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *