Waspadai Laron Politik Dalam Muktamar IMM Ke XIX

Indonewsdaily.com – Laron (aksara Jawa), dalam bahasa Indonesia disebut rayap, kelekatu, atau anai-anai bersayap yang suka berkerumun mengelilingi cahaya lampu. Kita tidak tahu mengapa makhluk ini senang dengan cahaya, sekalipun dapat berakibat  fatal, sayapnya terbakar atau terlepas dan kemudian jatuh di lantai. Setelah di lantai, kebingunan laron ini berkeliaran kesana kemari tanpa tujuan, kebingungan, tak tahu arah mana yang hendak dituju.

Melihat kondisi ini, semut-semut yang bertubuh kecil mulai beraksi menggiliti laron-laron ini untuk disantap setelah dilarikan ke sarangnya. Menghadapi semut, laron yang fisiknya lebih besar, tidak berdaya kecuali menyerahkan tubuhnya kepada semut yang sering datang bergerombol menyerbunya. Akan tetapi, jangan salah sangka bahwa makhluk ini sangat perkasa bila dihadapkan dengan kayu, kecuali kayu jati atau kayu besi. Anai-anai atau laron ini sebelum bersayap, biasa membuat lorong-lorong panjang sebagai sarang dan jalan rayanya di pohon-pohon atau pada dinding bangunan yang dapat menghancurkan kayu-kayu itu. Anai- anai dengan keampuhan air liurnya dapat merobohkan bangunan-bangunan besar. Hinggah terkenallah sebutan, “Bak kayu dimakan rayap, di luar mulus di dalam berlobang-lobang.” Kemudian “laron politik” adalah laron dalam bentuk manusia yang suka berkerumun di sekeliling seorang tokoh yang sedang bercahaya.

Tim-tim sukses calon ketua umum IMM yang nantinya mereka akan berkonsolidasi menuju muktamar IMM ke XIX di bumi Anoa, kota kendari. Banyak sekali laron-laron ini, sehinggah teman ini menjadi sungkan untuk selalu mendekat, khawatir jika berubah menjadi laron. Lumayan juga teman ini. Masih mau membuat jarak dengan tokoh yang didukungnya untuk menjadi orang nomor satu di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Untuk meyakinkan para pemilih, ia akan berucap, “saya tidak mau menjadi hamba kekuasaan.”

Pertanyaannya adalah berapa banyak di antara anggota tim sukses ini yang berpenderian seperti teman ini? Bukankah sebagian besar lebih senang menjadi laron dengan segala tingkahnya yang dibuat-buat? Tentu kita harus jujur, banyak pula anggota tim sukses itu yang sungguh serius untuk membela nasib kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.

Muktamar IMM kali ini harus dikawal agar tetap tampil sebagai seorang calon pemimpin di Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, jangan sampai menjadi pemimpin yang feodal karena pengaruh para laron tadi yang pada akhirnya dapat meruntuhkan demokrsi di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang telah dibangun dengan susah payah sejak beberapa tahun terakhir ini. Harapan semacam ini sebernarnya adalah  harapan kita semua. Sekali kita memilih demokrasi di internal Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, sebagai sistem politik di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, kita terus menerus membenahi dan memperbaiki cara-cara pelaksanaannya yang sering kacau balau saat dihadapkan dengan berbagai isu di level kepimpinan Ikatan Mahasiwa Muhammadiyah.

Karena para elite IMM bermental menerabas, sempit dada, dan tidak bertangung jawab. Dalam perspektif di periode 2016-2018, secara teknis dan prosedural, proses demokrasi di internal Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sungguh mengagumkan karena prosesi kepemimpinan saat itu penuh dinamika. Berbeda halnya dengan gaya kepemimpinan IMM periode berikutnya yang adem ayem bahkan dianggap mati suri.

Kader yang bermental laron ini tidak saja dijumpai di level pusat, tetapi ada di mana-mana, bahkan sudah merambah di beberapa daerah di mana IMM sudah berkembang sekalipun. Bedanya barangkali terletak pada fakta, jika kader IMM se-Indonesia terlalu banyak sementara ada beberapa cabang IMM istemewa merasa malu masih dapat mencegah tampilnya laron-laron itu dalam jumlah kecil.

Laron-Laron di indonesia juga beterbangan di sekitar kiai, dukun, tokoh tarekat, walikota, bupati, gubernur, direktur, dirjen dan menteri. Kerja utama mereka ialah memuji dan membesar-besarkan sang tokoh. Jika tidak awas, sang tokoh pada akhirnya menjadi lupa daratan. Kalau sudah berada dalam kondisi semacam ini, sudah hampir dapat dipastikan bahwa ke depan sang tokoh berada di pinggir jurang, sementara di internal IMM yang dipimpinnya akan roboh. Dengan tidak perlu menyebut nama di internal IMM sangat sering dijumpai keterkaitan antara peran laron dan jatuhnya sang tokoh.

Akhirnya, kita berharap bahwa demokrasi di IMM akan dapat secara berangsur namun pasti, membebaskan dirinya dari laron-laron politik ini. Dengan semakin cerdasnya kader IMM kita, laron-laron itu pada akhirnya tidak akan laku lagi di pasaran politik IMM. Oleh karena itu, sudah menjadi tuags para pemimpin, formal dan informal, untuk mempercepat proses pencerdasan dan pencerahan untuk kepentingan IMM ini secara menyeluruh. Demokrasi IMM akan semakin mengalami keterpurukan lagi bila mana IMM masih dikendalikan oleh tangan-tangan yang bermental laron atau kader penjilat ini. Karenanya para pimpinan di IMM sebagai pemilih kelak harus mewaspadainya.

Ikram_Wahab

MenerobosKemelut_2005_121_124

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *