Ketua Kelompok Arisan Lebaran Dikejar-kejar Anggota, Sampai Rela Jual Tanah dan Hutang Bank

Indonewsdaily.com, Mojokerto – Ulah kordinator arisan lebaran Tarmiati alias Mia (42) menyisakan duka dan kerugian ratusan juta bagi peserta arisan. Pasalnya, peserta arisan lebaran itu juga mengajak orang lain.

Duka dan kerugian ratusan juta itu dialami salah satunya Jamiah (52), warga Desa Lolawang, Kecamatan Ngoro, Mojokerto. Ia kini dikejar-kejar peserta lain lantaran Jamiah merekrut 102 anggota lainnya.

Dalam skema arisan lebaran itu, oleh Mia, Jamiah dipercaya menjadi salah satu ketua kelompok arisan tersebut. Jamiah berhasil merekrut 102 peserta untuk arisan lebaran 2021.

Jamiah pun lantas merekrut emak-emak di sekitar tempat tinggalnya yang berasal dari Desa Lolawang, Purwojati dan Tanjangrono, Kecamatan Ngoro. Besaran uang peserta yang dia setorkan ke Mia sejak akhir Mei 2020 pun bervariasi sesuai dengan paket arisan yang mereka ikuti.

Karena sebagai bos arisan lebaran, Mia menyediakan beragam paket arisan. Mulai dari paket tabungan dengan tarif Rp 50.000 per minggu, paket kue Rp 12.000 dan Rp 10.000, paket sembako Rp 9.000, paket beras Rp 6000, paket daging Rp 8000, paket rambak Rp 11.000, hingga paket minuman Rp 2.500 dan paket teh Rp 3.000.

Namun, arisan lebaran yang tahun-tahun sebelumnya berjalan lancar, menjadi masalah serius bagi Jamiah. Betapa tidak, Mia kabur bersama uang arisan ratusan anggotanya lima pekan sebelum Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Seharusnya, Jamiah dan anggotanya menerima kue dan uang tabungan dari Mia paling lambat 1 minggu menjelang lebaran.

“Anggota saya 102 orang, mereka ikut paket arisan kue dan tabungan. Total uang anggota yang dibawa kabur Mia Rp 173 juta,” kata Jamiah sambil menangis di Mapolsek Ngoro, Jumat (21/5/2021).

Kaburnya Mia pada 8 April 2021 membuat Jamiah kelimpungan. Terlebih lagi, pengusaha kos-kosan ini dikejar-kejar 102 anggotanya yang sudah menanti-nanti cairnya arisan untuk merayakan lebaran.

“Anggota saya tidak mau tahu meski Mia yang kabur. Mereka tahunya membayar arisan ke saya,” terangnya.

Perempuan berjilbab ini pun terpaksa menjual tanah di belakang rumahnya dengan luas 10×29 dan 7×14 meter persegi. Tanah warisan mertuanya itu laku Rp 200 juta. Namun, belum semua dibayar pembelinya.

“Anggota baru saya bayar separuh karena menunggu pelunasan uang tanah. Dari Rp 173 juta yang dibawa kabur Mia, saya bayar Rp 110 juta ke anggota. Sisanya saya janjikan sebulan setelah lebaran kalau tanah dilunasi,” ungkap Jamiah.

Bersama 5 ketua kelompok arisan lebaran lainnya, Jamiah telah melaporkan Mia ke polisi. Dia berharap ibu dua anak itu diringkus dan uang ratusan anggotanya dikembalikan.

“Harapan saya uang anggota saya segera dikembalikan. Karena tanah yang saya jual rencananya untuk rumah anak laki-laki saya yang sudah menikah,” ujarnya.

Cerita sedih serupa juga dialami Luluk Hariyati (54), warga Desa Kembangsri, Ngoro. Sebagai ketua kelompok arisan lebaran di bawah Mia, ibu empat anak ini mempunyai 49 anggota yang semuanya warga Desa Kembangsri.

Paket arisan lebaran yang diikuti puluhan anggotanya juga bervariasi. Pembayaran arisan melalui dirinya setiap hari Minggu sejak 31 Mei tahun lalu. Setiap peserta membayar 46 kali hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri 13 Mei lalu.

“Tahun ini anggota saya 49 orang, total yang dibawa kabur Mba Mia Rp 51,75 juta, terdiri dari paket kue, daging dan tabungan,” jelasnya.

Menghilangnya Mia membuat Luluk harus memutar otak untuk membayar uang arisan 49 anggotanya. Beruntung dia mendapatkan pinjaman dari seseorang Rp 41 juta. Sehingga satu minggu sebelum lebaran, guru TK di Desa Kembangsri ini bisa menenangkan puluhan peserta yang sudah menagih uang dan kue arisan untuk merayakan Idul Fitri.

“Saya kembalikan 80 persen dulu. Anggota saya tidak mau tahu dengan menghilangnya Mia. Mereka meminta saya yang bertanggungjawab karena mereka membayar melalui saya selaku ketua kelompok,” terangnya.

Kini, Luluk berharap Mia segera diringkus dan uang arisan milik anggotanya segera dikembalikan. Karena dia harus melunasi pinjaman paling lambat 2 bulan setelah lebaran. Jika tidak, dia terpaksa mengajukan pinjaman ke bank.

“Kami laporkan Mba Mia ke polisi, kami minta pertanggungjawabannya karena uang segitu banyaknya, saya tak mampu mengembalikan sendiri,” tandasnya.

Kasus penipuan bermodus arisan lebaran ini ditangani Polsek Ngoro dan Satreskrim Polres Mojokerto. Hasil penyelidikan polisi, korbannya lebih dari 200 orang yang mayoritas warga Kecamatan Ngoro. Total kerugian para korban mencapai Rp 1 miliar.(man)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *