Paska Kasus Wisatawan Dipaksa Sewa JIP, Pemkab Sleman: Wisatawan Boleh Pakai Kendaraan Pribadi

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sleman, Harda Kiswaya

Indonewsdaily, Jogja – Paska terjadinya keluhan seorang wisatawan yang mempertanyakan keharusan menyewa kendaraan jip untuk menuju Petilasan Mbah Maridjan di Lereng Merapi. Keluhan itu disampaikan oleh wisatawan dengan akun Iqbal Basyari ke salah satu grup Facebook pada Minggu (30/5) sekaligus melalui akun Twitternya @iqbalbasyari. Cuitan di Twitter ini sempat diposting ulang oleh sejumlah akun lain sehingga menjadi viral di media sosial.

Dalam tulisannya, Iqbal mengaku tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju Petilasan Mbah Maridjan. Orang-orang setempat ia sebut menyetopnya 1,5 kilometer sebelum Kinahrejo dan memaksanya untuk naik jip jika ingin lanjut ke Petilasan Mbah Maridjan

Menanggapi kejadian tersebut, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sleman, Harda Kiswaya, mengatakan kasus pemaksaan wisatawan untuk menaiki jip wisata ke petilasan mbah Marijan sudah dibahas dan diselesaikan oleh pemangku wilayah. Pemkab memperbolehkan kendaraan pribadi untuk naik ke petilasan mbah Marijan.

Wisatawan pun tidak diwajibkan untuk menggunakan jasa angkutan jip wisata atau lainnya dengan cara paksa. Dia berharap kasus serupa tidak terjadi di masa mendatang. “Silahkan, boleh [naik kendaraan pribadi] asalkan tetap menerapkan protokol kesehatan [prokes] dan berhati-hati,” kata Harda, Rabu (2/6).

Harda melanjutkan, kasus yang sama juga sempat viral beberapa tahun lalu. Dia menyayangkan kasus tersebut kembali terjadi. Padahal oknum yang memaksa wisatawan naik jip wisata saat itu, juga sudah berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya.

“Nah karena dulu sudah berjanji, kemudian dilanggar, maka saat ini konsekuensi apa yang dilanggar itu yang ditegakkan. Sudah diselesaikan di tingkat panewu dan teman-teman penegak hukum,” kata Harda.

Menurutnya, masa pandemi saat ini berpengaruh pada pariwisata. Terutama masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari jasa pariwisata. Kondisi tersebut menyebabkan sang oknum melakukan tindakan itu.

“Wisatawan yang dilayani sangat berkurang, ya ada kekhilafan itu manusiawi. Mudah-mudahan ini yang terakhir kalinya dan tidak terjadi lagi di masa mendatang,” tutupnya. (Agil W)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *