Tim DVI Kesulitan Identifikasi Jenasah Korban Erupsi Semeru

Indonewsdaily.com , Lumajang – Puluhan jenasah korban erupsi gunung Semeru yang ditemukan Tim SAR Gabungan baik dari TNI, Polri, Basarnas serta potensi relawan lainnya pasca erupsi gunung Semeru, Sabtu (4/12) lalu.

Tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri menghadapi sejumlah kendala dalam menyelesaikan seluruh proses identifikasi jenazah korban awan panas guguran Gunung Semeru di RSUD dr Haryoto Lumajang. Mereka berharap pihak keluarga yang kehilangan kerabat untuk tetap sabar dan membantu memberikan data lebih lengkap.

Hingga Selasa (7/12) malam, dari 30 jenazah yang dibawa ke rumah sakit, baru 10 jenazah atau sepertiganya yang berhasil diidentifikasi. “Untuk mengidentifikasi jenazah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena penentuan identitas jenazah itu sangat tergantung dari kualitas maupun kuantitas data yang kita dapat. Baik data antemortem maupun data postmortem,” ujar Kepala Bidang DVI Mabes Polri Kombes Pol dr Fauzi di RSUD dr Haryoto, Lumajang, Selasa (7/12) malam.

Dia memaparkan, tim DVI Mabes Polri yang dibantu tim Biddokes Polda Jatim dan Dinkes Lumajang kesulitan data, baik antemortem maupun postmortem, korban awan panas guguran Gunung Semeru.

“Pada data postmortem, kondisi jenazah yang kita terima dalam kondisi yang kurang bagus, dalam artian kita memiliki keterbatasan dari pengambilan data postmortem. Di mana keterbatasan sidik jari, misalnya, banyak jenazah yang sidik jarinya sudah rusak, sehingga tidak lagi mungkin kita melakukan identifikasi cepat melalui bantuan dari Inafis,” ungkap dr Fauzi.

“Meskipun kita masih berharap, jika ada jenazah lain yang ditemukan, nanti bisa kita ambil sidik jarinya,” lanjutnya.

Dalam kondisi keterbatasan data dan kondisi jenazah, tim DVI Mabes Polri bisa melakukan cara lain dalam identifikasi jenazah, yakni lewat tes DNA.

“Tetapi proses DNA ini masih butuh waktu. Sekarang sedang berjalan. Namun hasilnya tentu saja kita menunggu proses dari laboratorium di Jakarta,” ujar dr Fauzi.

Alternatif lain yang bisa dilakukan Tim DVI adalah dengan menggunakan pemeriksaan gigi yang ada di jenazah. Dalam konteks kasus luka bakar seperti korban erupsi Gunung Semeru, gigi relatif masih dalam kondisi utuh. Tetapi ada kendala lain.

“Memang kondisi gigi cukup baik pada jenazah, namun kita memiliki keterbatasan dengan minimnya data medis gigi yang bisa dipercaya untuk dibandingkan dalam sidang rekonsiliasi (pencocokan data postmortem dan antemortem),” ujar Fauzi.

Dalam kasus korban erupsi Gunung Semeru, tidak ada data gigi dari warga yang berbentuk audiotogram atau data catatan medis, yang biasanya didapatkan dari dokter gigi.

“Hanya keterangan-keterangan dari keluarga yang itu masih harus didukung dengan adanya foto dari korban yang menampakkan gigi. Itu pun dalam bentuk kualitas fotonya cukup baik,” papar Fauzi.

Dengan berbagai keterbatasan tersebut, tim DVI Mabes Polri menurut Fauzi, dituntut untuk taat etika profesi, yakni melaksanakan ketelitian dalam pemeriksaan.

“Jadi kita tidak boleh terburu-buru. Karena itu, kami sangat berharap agar keluarga korban untuk bersabar. Juga tolong bantu kami untuk melengkapi data-data yang kita butuhkan,” tutur dr Fauzi didampingi Kabid Dokkes Polda Jatim Kombes Pol Erwin Zainul Hakim serta jajaran petinggi Polri dan Polda Jatim.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *