Papua  

YP2KP – UNICEF Gandeng Dinas Pendidikan dan Kesehatan Bahas BIAS di Tengah Gencarnya Vaksinasi

Indonewsdaily.com, Nabire – Yayasan Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan Papua (YP2KP) gandeng Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Nabire laksanakan hearing dengan beberapa media of line dan on line bahas program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) di Rumah Makan Sari Kuring Nabire, Kamis 02 September 2021.

Kegiatan itu pun didukung Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Pemerintah Jepang dan UNICEF.

Kepala Dinas Pendidikan diwakili Koordinator Pengawas PAUD, TK, SD, SMP Sugeng Prasojo, menyatakan bahwa pelaksanaan BIAS di tahun ini lebih sulit dibanding tahun-tahun sebelumnya saat belum terjadi pandemi Covid-19 dan program vaksinasi.

“Pelaksanaan BIAS kali ini memang lebih berat dibanding sebelumnya, masyarakat luas belum bisa membedakan antara imunisasi dan vaksinasi. Kabar hoax terkait vaksinasi Covid-19 yang disikapi tidak benar oleh masyarakat, serta menyamakan antara imunisasi dan vaksinasi, menjadikan anak sekolah enggan bahkan takut mengikuti imunisasi, ” katanya, Kamis (02/9/21).

Diterangkannya, sosialisasi dan pelaksanaan imunisasi untuk anak SD kelas 1,2, dan 5 yang biasanya dilaksanakan di sekolah – sekolah kini dialihkan di Puskesmas.

Sementara itu Ketua Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Nabire dr. Frans Sayori memaparkan perbedaan antara imunisasi dan vaksinasi. Imunisasi menurutnya pemberian zat tertentu guna menumbuhkan sistem kekebalan tubuh/anti bodi dengan proses panjang untuk melawan suatu virus atau bakteri baik lewat suntik ataupun oral.
Sedangkan vaksinasi adalah memasukkan bakteri /virus yang sudah dilemahkan untuk membentuk kekebalan tubuh guna melawan virus /penyakit tertentu.

“Sehubung dengan gencarnya pemerintah melaksanakan vaksinasi, sedangkan vaksinasi Covid-19 sendiri di sini masih menuai pro dan kontra tidak sedikit pula masyarakat yang terang – terangan menolak. Jadi saat kita melakukan program BIAS yang sedang berjalan menjadi lebih berat termasuk pemberian imunisasi rutin. Warga mengidentikan imunisasi dengan vaksin, “tutur Sayori.

Suasana hearing dan diskusi yang cukup nyantai. Di dapat beberapa langkah strategis yang dianggap cukup efektif dalam memberi pemahaman kepada siswa sekolah dan orang tua.

Diantaranya melakukan publikasi secara intens melalui media massa baik of line maupun on line dan radio (RRI), pembuatan brosur yang lebih mengena dan terarah seperti memanfaatkan kearifan lokal, pemanfaatan media sosial seperti WA, Facebook, dan TikTok.

Penggarapan iklan di media pun lebih simpel dan menghibur serta bahasa yang lebih mudah dipahami seperti bahasa daerah.

Era digital yang menitik beratkan visual (video) lebih diprioritaskan. Seorang wartawan senior Ridwan Aryanto (Papuapos Nabire) mengatakan disamping sosialisasi persuasif, sosialisasi klasik pun masih bisa dilakukan.

“Sosialisasi baku seperti pembuatan spanduk, baliho, pamflet, dan memanfaatkan media sosial semacam TikTok, sosialisasi keliling dengan menggunakan toa saya pikir masih efektif paling tidak bisa membantu sosialisasi reguler semacam cetak dan digital, dengan menyasar ke daerah – daerah pinggiran, “ucapnya. (Kur)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *