Piala Afrika 2021 Mulai Digelar, Akankah Ada Cerita Juju dan Voodoo?

Sumber foto: kompas.com

Indonewsdaily.com – Piala Afrika 2021 yang resmi masih mengusung label meski digelar awal 2022 sudah dimulai. Akankah ada cerita juju dan voodoo juga di acara yang disebut juga AFCON atau CAN?

Semula turnamen ini dijadwalkan digelar pada 9 Januari hingga 6 Februari 2021. Namun situasi pandemi COVID-19 memaksa Piala Afrika diundur satu tahun.

Kini Piala Afrika 2021 telah dimulai pada 9 Januari 2022. Turnamen tersebut akan berlangsung hingga 6 Februari 2022 di enam venue dari lima kota tuan rumah di Kamerun.

Selain menghadirkan sejumlah bintang top dunia yang terkadang dikeluhkan klub yang menaungi sang pemain akibat pemanggilan di tengah musim dan berpotensi pulang karena cedera, Piala Afrika juga digelar. menarik untuk disimak karena biasa menyisipkan cerita-cerita gaib seputar ilmu hitam, seperti juju jimat dan mantra atau voodoo.

Ilmu hitam ini sendiri bukan hanya sekedar gimmick tetapi justru dipraktikkan bahkan dipercaya ampuh oleh sejumlah pihak, termasuk para pemainnya.

Dalam konteks Piala Afrika, Goran Stevanovic, mantan pelatih Ghana, bahkan menyatakan bahwa ilmu hitam di benua Afrika sebenarnya bukan hanya fantasi. Ia bahkan meyakini, kegagalan timnya di Afcon 2012 karena para pemain sibuk bersinar sendiri dengan adu jimat alias saling bersaing secara internal di dalam skuad.

Tahun lalu, turnamen Afrika lainnya, yaitu Kejuaraan Sepak Bola Afrika 2021 atau Championnat d’Afrique des Nations de football (CHAN), diramaikan dengan tuduhan ilmu hitam akibat keberadaan kelelawar di lapangan.

Pada laga perdana, antara tuan rumah Kamerun Vs Zimbabwe, tim tamu menuding tuan rumah memainkan ilmu hitam. Tudingan itu dilontarkan Zdravko Logarusic, pelatih Kroasia yang menangani Zimbabwe, setelah menemukan kelelawar mati di tengah lapangan pertandingan. Bangkai kelelawar itu ia sebut sebagai jejak dari praktik ilmu hitam.

Tidak hanya di level tim nasional, di level klub sepak bola juga ada dugaan unsur magis yang biasa hadir di Afrika. Bahkan pada pertengahan 2016, Federasi Sepak Bola Rwanda (FERWAFA) memberlakukan larangan mantra dalam pertandingan sepak bola.

Aturan ini diberlakukan setelah terjadi adegan yang diduga melibatkan mantra di gawang salah satu tim, yang kemudian berujung pada kekerasan antar pemain.

“Dalam statuta FERWAFA kami tidak memiliki peraturan untuk menghukum penggunaan sihir karena di dunia ini tidak ada bukti bahwa hal itu dapat mempengaruhi hasil pertandingan,” kata wakil presiden FERWAFA Vedaste Kayiranga saat itu.

“Namun, dengan adanya kekerasan antar pemain akibat tuduhan salah satu tim menggunakan mantra sihir, kami memutuskan untuk menegakkan aturan tersebut,” lanjutnya seperti dilansir Mirror.

Melansir Goal.com, mantan pesepakbola Emeka Ezeugo juga pernah menyatakan bahwa saat masuk timnas Nigeria pada 1987, ia melihat juju di mana-mana. Para pemain menggantungkan berbagai jimat di ruang ganti, berharap mendapat keberuntungan dari juju.

Peter Odemwingie, mantan pemain tim nasional Nigeria lainnya, juga mengatakan bahwa pesepakbola Afrika bahkan lebih percaya pada perawatan dukun dan ‘orang pintar’ daripada dokter ketika mereka terluka.

“Setidaknya 70 persen pemain percaya itu. Mereka pikir semacam ramuan akan menyelamatkan mereka. Ini lebih merupakan saran,” katanya kepada Championat.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *