Sekolah Tatap Muka Hari Pertama di Kota Malang, Guru Mengaku Kewalahan

Indonewsdaily.com, Malang- Sekolah pembelajaran tatap muka (PTM) di hari pertama membuat salah seorang guru kewalahan, sebab di PTM hari pertama ini guru harus memberikan pelajaran di dua kelas.

Seperti yang diungkapkan Erlian Muzdalifah seorang guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) SMPN 20 Malang. Dia sejak hari pertama harus beberapa menit bergantian dari satu kelas ke kelas lainnya.

“Jadi hari pertama ini semua kelas masuk semua sebelumnya pernah masuk cuma pakai ganjil genap. Kalau sekarangkan masuk semua cuma dibuat dua kelas gitu. Satu kelas memakai dua ruangan,” kata Erlian yang masih menjadi guru satu tahun di SMPN 20 Malang, Senin (6/9/2021).

Ditambahkan Erlian, meski dia harus kewalahan di PTM hari pertama ini, dia mengaku senang ketika PTM diterapkan lagi. Sebab, siswa-siswinya kini tidak malas mengerjakan tugas.

“Jadi anak-anak lebih semangat lagi untuk sekolah. Biasanya kalah daring kan masih ada tugas-tugas yang gak dikerjakan. Kalau sekarang anak-anak kan lebih semangat lagi untuk mengikuti pelajaran selanjutnya,” tutur dia.

Sementara Caliya Fasiah Kurniawan (14) salah satu siswi kelas 9 SMPN 20 Kota Malang, saat ditemui awak media diruang kelasnya , dia mengaku senang bisa sekolah tatap muka lagi. Sebab, dia bisa bertemu dengan teman-temannya lagi dan materi jadi lebih paham karena tatap muka langsung dengan guru.

“Daripada yang kemarin ketika daring kemarin kan anak-anak juga banyak yang gak masuk kalau google meet ya. Ijin-ijin bolos-bolos. Kalah sekarang kan lebih paham materi,” tutur dia.

Dia pun berharap, PTM ini bisa mampu mempersiapkan dirinya untuk ujian sekolah. “Jadi lebih bantu memahami materi ya. Harapan saya apalagi kelas 9 kan harus lebih matang ya mau ujian-ujian ini,” tutur dia.

Wakil Kepala Kesiswaan SMPN 20 Malang, Liesdyah Iramita menjelaskan, di SMPN 20 tidak menggunakan sistem ganjil genap lagi. Alhasil, semua siswa di setiap kelas musti masuk mengikuti PTM.

“Namun hanya 50 persen kan batasnya. Jadi dari 875 siswa kita yang masuk itu hanya 430-an siswa per hari yang masuk. Jadi karena 50 persen itu yang masuk semua hari ini, semua kelas 9 sampai siswa sebagian kelas 8 A sampai 8 E. Besok, kelas 7 dan juga kelas 8 F sampai I,” kata dia.

Untuk mengurangi kerumunan di kelas, Lies menjelaskan, pembelajaran siswa satu kelas menggunakan dua ruangan. Ada 27 ruangan kelas di SMPN 20.

“Jadi laboratorium dan gazebo yang dulu jarang digunakan kini digunakan untuk PTM. Kami gunakan untuk ruang kelas. Jadi di satu ruangan itu ada 16 orang maksimal. Itu untuk mengurangi kerumunan,” kata dia.

Lies membenarkan bahwa dengan kebijakan satu kelas menggunakan dua ruangan itu membuat guru agak kewalahan. Namun kebijakan ini mengikuti kebijakan PTM yang dilakukan SMPN 5 Malang.

“Ya ini kan kami tidak punya kepala sekolah. Kan ini kami masih Plt. (Pelaksanaan Tugas). Plt. nya ya sekarang Kepala sekolahnya SMPN 5. Di SMPN 5 ya kayak gitu. Bisa gak bisa ya harus bisa,” tutur dia.

Lies mengatakan, tidak menutup kemungkinan ada evaluasi untuk proses PTM dengan kebijakan satu guru mengajar di dua ruangan kelas. “Ya nanti evaluasi pasti ada. Tapi selama ini semoga masih lancar,” imbuhnya.

Sementara itu, penerapan protokol kesehatan di PTM hari pertama SMPN 20 Malang ketat. Setiap siswa-siswi yang datang diwajibkan mengenakan masker. Berkerumun pun tidak boleh. Ada Satgas Covid-19 yang terdiri dari siswa dan guru yang mengingatkan jika ada siswa-siswi berkerumun.

“Dan sebelum masuk itu pasti di thermo gun kalau di atas 37 derajat ya pulang dan juga diwajibkan menyuci tangan,” tutup dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *