Tiga Destinasi Wisata di Lereng Merapi Kembali Dibuka

Salah satu destinasi wisata di lereng Merapi yang kembali dibuka yaitu Bukit Klangon

Indonewsdaily, Jogja – Tiga destinasi wisata di lereng Merapi yaitu Bunker Kaliadem Merapi, Bukit Klangon, dan Petilasan Mbah Maridjan kembali dibuka oleh Dinas Pariwisata (Dinpar) Kabupaten Sleman.

Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dispar Sleman Aris Herbandang menjelaskan, pembukaan kembali destinasi wisata itu hasil dari koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman. Serta berdasarkan rekomendasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).

“Kita sudah diskusi dengan BPBD Sleman, lalu berdasarkan BPPTKG juga jarak aman dengan Merapi waktu kemarin sempat 5 km kemudian ada evaluasi lagi jarak luncuran saat ini 1,5-3 km. Jadi bunker, Kinahrejo, Klangon itu sudah mulai beroperasional,” kata Bandang sapaan akrabnya, Rabu (2/6).

Meski begitu pihaknya tetap memberi catatan kepada tiga destinasi wisata yang sudah mulai beroperasional kembali itu. Salah satunya dengan sudah mengikuti pelatihan terkait dengan mitigasi bencana.

Bunker Kali Adem, Sumber Foto dari Kagama.com

Bandang menjelaskan, pelatihan itu memang sudah dilakukan oleh seluruh destinasi wisata tersebut. Bahkan pelatihan sudah dilakukan sejak sebelum bulan Ramadhan guna mempersiapkan kunjungan di saat libur Lebaran.

“Ini upaya kita terkait pencegahan kalau terjadi emergency terkait Merapi upaya-upaya seluruh destinasi sudah mempunyai skenario untuk melakukan evakuasi wisatawan,” tegasnya.

Petilasan Mbah Maridjan, Sumber Foto dari Tribunnews.com

Skenario itu, lanjut Bandang pertama yakni meliputi pengawasan. Pihaknya meminta agar pengelola tidak menduplikasi ketugasan yang ada. Artinya seluruh pengelola sudah harus membagi dan menjalankan tugasnya masing-masing dengan sesuai.

Pengaturan jalur atau akses itu dinilai penting dalam melakukan mitigasi bencana. Selain jalur, kata Bandang, skenario penataan parkir juga harus diperhatikan serta ditata dengan baik.

“Misal ada yang memantau Merapi kemudian ada yang berkoordinasi dengan SAR. Kemudian juga disiapkan skenario untuk titik kumpul berikut arah evakuasi akan kemana. Sehingga dibuat satu jalur tidak terjadi penumpukan alur masuk dan keluar,” tutupnya. (Agil W)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *